Jumat, 22 November 2013

F-16 tiba di Lanud Iswahjudi


Penarikan pesawat dan personel dalam latihan bersama dengan Royal Australian Air Force (RAAF) dari Darwin, Australia, sebanyak lima pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU telah kembali ke Home Base-nya di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jumat (22/11). Pers rilis Penlanud Iswahjudi, Jumat (22/11), menyebutkan, Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Minggit Tribowo SIP yang ikut terbang dengan callsign Falcon Flight mengatakan bahwa kembalinya pesawat tempur F-16 Fighting Falcon beserta personel yang terlibat dalam latihan bersama dengan sandi "Elang Ausindo 2013" di Darwin, Australia, pada dasarnya melaksanakan perintah dari komando atas.

Kembalinya Falcon Flight dan Dragon Flight, dengan Flight Leader Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Setiawan, disambut Kepala Dinas Personel Letkol Pnb Ian Fuady, beserta segenap pejabat Lanud Iswahjudi. Selanjutnya pesawat tempur F-16 Fighting Falcon akan menjalani perawatan rutin dan siap untuk melaksanakan misi-misi berikutnya yang ditugaskan oleh negara.
Seperti diketahui, hubungan diplomatik RI-Australia dalam beberapa hari terakhir terus menghangat. Hal itu seiring terbongkarnya penyadapan yang dilakukan Australia terhadap sejumlah pejabat penting Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah menarik duta besar RI dari Canberra dan menuntut pemerintah Australia menyampaikan permintaan maaf atas kejadian itu.  Sampai hari ini belum ada sikap dan kebijakan pemerintah Australia memenuhi tuntutan pemerintah RI agar Canberra meminta maaf kepada Jakarta.
Hari Kamis (21/11), sejumlah eksponen organisasi di Indonesia menggelar demo besar-besaran di depan kantor Kedutaan Australia di Jakarta dengan mengusung agenda tuntutan permintaan maaf pemerintah Australia atas kegiatan penyadapan terhadap sejumlah pejabat penting Indonesia.

Politisi partai liberal Australia Lecehkan menlu RI



Salah seorang anggota Partai Liberal Australia menambah keruh hubungan Indonesia-Australia dengan melontarkan pernyataan rasialis dan menghina Indonesia.
Sydney Morning Herald, memberitakan, Mark Textor, anggota Partai Liberal itu mengeluarkan pernyataan bahwa Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mirip bintang porno tahun 1970-an. Ia mengeluarkan pernyataan itu melaui Twitter-nya.
“Australia Disuruh meminta maaf oleh seorang pria yang mirip dengan bintang porno Filipina 1970-an,” ujarnya disertai hastag “#Fairfax demand appeasement”.
Pernyataan anggota Partai Liberal senior itu kontan saja dinilai tidak etis dan malah akan memperburuk hubungan dengan Indonesia. Di saat Perdana Menteri Tony Abbott berusaha memperbaiki hubungan yang rusak itu, Textor malah melontarkan pernyataan yang menyakitkan.
Dalam pernyataan lainnya di Twitter, Textor juga mengolok-olok SBY yang menulis komentar penyadapan itu lewat Twitter. “Kepala negara mana yang berkomunikasi dengan negara tetangganya lewat twitter FFS? SBY”.
Dalam tweet berikutnya, Textor menyebutkan bahwa insiden penyadapan pada 2009 yang dibongkar oleh Edward Snowden terjadi di masa Partai Buruh berkuasa. Ia menulis, “Mungkin SBY pakai sistem penanggalan kuno yang aneh”.
Maksudnya, pada 2009 yang berkuasa di Australia adalah Partai Buruh, sehingga SBY tidak layak marah kepada pemerintahan Tony Abbott yang berasal dari Partai Liberal.
Melalui Twitter, Textor juga menyatakan penyadapan itu sebagai tindakan yang benar. Sebab, sejak dilakukan penyadapan, tidak ada lagi orang Australia yang melakukan pengemboman terhadap orang Australia. “Terakhir saya lihat, tak ada lagi orang Indonesia yang mengebom di Australia.”
Pernyataan Textor itu dihujani kritik oleh kelompok oposisi. Juru bicara masalah luar negeri dari kelompok oposisi, Tanya Plibersek meminta PM Tony Abbott untuk menjauhkan diri dan pemerintahan dari Textor. “Komentarnya memalukan,” ujarnya kepada Fairfax Media.
“Perdana Menteri harus menjauhkan dirinya, Partai Liberal, dan Pemerintah Australia dari Textor sesegera mungkin.”
Mantan Menteri Utama dari Partai Liberal, Malcolm Fraser juga menulis di Twitternya dan meminta Textor dipecat dari Partai Liberal.

Kamis, 21 November 2013

KRI Teluk peleng karam



KRI Teluk Peleng-535 karam di Pelabuhan Tanjung Priok. [indo-defense.blogspot.com]
Jakarta -  Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko membenarkan kabar adanya KRI milik TNI Angkatan Laut yang tenggelam sekitar 90 derajat di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Selasa (19/11), akibat menabrak tonggak cor dermaga pada saat bersandar.

KRI tersebut nyungsep karena keteledoran komandan kapal. Oleh karena itu, sanksi sudah menanti bagi komandan kapal itu, kata Panglima TNI di kantor Badan Intelijen Strategis, Jakarta, Rabu.

"Ada risikonya, biasanya komandan kapalnya akan di-grounded," katanya.

Informasi yang diperoleh, kapal yang tengah bersandar di dermaga pada Senin (18/11) pagi tersebut baru diketahui mengalami kemiringan atau surut badan pada Senin sore, setelah lambung kanan membentur tonggak cor dermaga.

Kemudian, kapal mengalami kemiringan hingga 45 derajat pada malam harinya, hingga akhirnya kapal KRI Teluk Peleng-535 dilaporkan tenggelam pada Selasa (19/11).

Moeldoko mengatakan, rusaknya KRI ini tidak berimbas besar pada kekuatan TNI AL. Peran KRI itu sudah tidak lagi signifikan.

"Itu KRI Eks Jerman. Secara keseluruhan kapal itu memang sudah tidak siginifikan lagi. Kapal itu untuk operasional latihan," katanya.

Kapal bekas Jerman Timur itu dibeli Indonesia pada 1990 dan baru resmi menjadi bagian KRI pada 1993. Kapal itu memiliki berat 1.900 ton, panjang 90,7 meter, dan lebar 11,12 meter.

apal tersebut biasa digunakan untuk mengangkut pasukan, tank amfibi, dan logistik.
berikut ini foto-fotonya:






Rabu, 20 November 2013

Perang Cyber Indonesia vs Australia memanas


Jakarta - andalas Tidak ada habisnya,aksi penyadapan yang dilakukan badan intelijen Australia terhadap Indonesia membuat hubungan kian memanas.Terdapat kabar hacker Anonymous Australia mulai memlakukan serangan ke infrastruktur strategis milik Indonesia.
Informasi ini terungkap dari seseorang yang menyatakan dirinya sebagai Anonymous Australia di situs pastebin.com. Perang cyber tampaknya tak bisa dihindari. Sejumlah situs di Indonesia mulai dijadikan target serangan hacking, di antaranya soloairport.com, situs Garuda Indonesia Airways, situs Angkasa Pura dan situs pendidikan.

Aktifitas peretasan ini diduga merupakan dampak dari pengakuan Snowden yang menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Australia diduga kuat telah melakukan aktifitas penyadapan terhadap informasi yang dimiliki oleh sejumlah negara termasuk Indonesia. Sebelumnya Anonymous Indonesia kabarnya juga telah melakukan peretasan ke infrastruktur strategis milik pemerintah Australia.

"Informasi-informasi tersebut memicu keresahan, polemik dan tanda tanya dari berbagai pihak mengenai apa yang sebenarnya terjadi," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S. Dewa Broto melalui keterangan tertulis, Rabu (20/11/2013).

Untuk itulah, menurut Gatot, pihak Kementerian Kominfo melalui Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII) terus melakukan investigasi dan berkoordinasi dengan pihak Australia Computer Emergency Response Team (CERT-Australia) agar informasi tersebut tidak menambah ketegangan di antara masing-masing negara.

"Sejauh ini, hasil investigasi bahwa informasi yang beredar tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ungkap Gatot lagi.

Pemberitaan informasi terkait dengan peretasan ini sangat berpotensi memicu keresahan dari masing-masing pihak, khususnya para pengguna internet untuk menggunakan internet secara aman dan sehat. Bahkan hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari situasi yang tidak jelas ini.

6 pesawat F-16 TNI AU di tarik dari Australia



Jakarta - TNI menghentikan latihan bersama TNI AU dengan AU Australia di Darwin, Australia, menarik personel serta 6 pesawat F16 hari ini buntut instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menghentikan dulu kerjasama militer. TNI juga menghentikan latihan Kopassus dengan militer Australia di Lembang.

"Sekarang ini kita sedang menghentikan latihan yang sedang berjalan di Australia ya. Ada 'Elang Ausindo' sekarang yang seharusnya sampai tanggal 24 (November 2013), saya hentikan sekarang dan besok harus kembali. Ada 6 pesawat F16 di sana, mereka kembali," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko.

Hal itu disampaikan Panglima TNI usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima PM Belanda Mark Rutte di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2013).

Di waktu yang sama, juga ada latihan gabungan (latgab) militer AD, AU dan AL Australia dengan Kopassus di Lembang, Jawa Barat. Latihan di Lembang ini adalah balasan dari latihan Kopassus di Sydney beberapa waktu lalu, saat Moeldoko menjadi KSAD.

"Pelatihan Komodo. Ya, dihentikan sementara," tutur Moeldoko.

Moeldoko mengakui dengan kasus penyadapan Australia berbuntut penghentian sementara kerjasama militer ini membuat hubungan dengan militer Australia terganggu. Namun sebagai Panglima TNI, pihaknya tetap harus menjaga keseimbangan untuk menghadapi situasi ini.

"Hanya secara pribadi saya masih berkomunikasi dengan panglima mereka, tapi sikap politik
harus jelas, tegas," tegas dia.

TNI hanya menghentikan latihan bersama dengan militer Australia, namun tidak menarik personel yang sedang menjalani pendidikan di negara kangguru itu. Moeldoko mengungkapkan alasan mengapa latihan bersama militer dengan Australia ini harus dihentikan.

"Karena latihan bersama bagian dari mutual trust. Jadi kalau nggak percaya, buat apa kita lakukan latihan bersama begitu?" gugat Moeldoko.

Lantas apa tanggapan militer Australia? "Sementara belum ada tanggapan ya karena baru saja saya lakukan," jawab dia.

Presiden SBY menghentikan kerjasama dengan Australia




Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk menghentikan sejumlah kerja sama keamanan dengan Australia menyusul kegiatan penyadapan yang dilakukan negara itu. Kerja sama yang bakal ditinjau berhubungan dengan pertukaran informasi dan intelijen.

"Sejumlah kerja sama akan kita tinjau ulang, dan saya minta dihentikan terlebih dahulu," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pernyataan resminya di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 20 November 2013.

Menurut Yudhoyono, kerja sama dihentikan sementara sampai pemerintah Australia memberikan penjelasan resmi ihwal isu penyadapan yang dilakukan intelijen Negeri Kangguru terhadap kepala negara dan pejabat tinggi Indonesia. "Saya minta pertukaran informasi dan intelijen dihentikan dulu, juga latihan bersama antara tentara Indonesia dan Australia, sampai kami yakin tidak ada penyadapan terhadap tentara Indonesia," katanya.

SBY juga meminta coordinate military operations terkait dengan penyelundupan imigran gelap ke Australia dihentikan sementara. Australia membutuhkan bantuan Indonesia untuk mengatasi permasalahan penyelundupan manusia ini. "Masalah imigran gelap ini sudah menjadi masalah yang merepotkan Australia dan Indonesia," kata dia.

Indonesia, kata SBY, juga meminta adanya code of conduct dan guide of principal atas sejumlah kerja sama turut dihentikan. "Protokol ini nanti sifatnya mengikat dengan jelas dan dijalankan," ujarnya.

Skandal penyadapan Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia ini terkuak kepada publik setelah Guardian, ABC, dan Sidney Morning Herald, Senin lalu, melansir berita bahwa Australian Signal Directorate menyadap percakapan telepon SBY. Informasi ini berdasarkan dokumen yang dibocorkan mantan analis badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), Edward Snowden. Hari ini, SBY bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Najib Riphat Kesoema, guna membicarakan perkembangan seputar penyadapan yang dilakukan Negeri Kangguru.